Negara Matahari Terbit Jepang berhasil menjadi negara ke-5 yang mendarat di bulan baru-baru ini dan berhasil mencatatkan sejarah baru.
Pada 21 Januari 2024, Jepang melakukan demonstrasi teknik pendaratan di bulan, melakukan studi bulan serta planet lain, dan menggunakan sistem eksplorasi yang lebih ringan.
Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) mengungkap bahwa mereka telah menerima semua data tentang pendaratan pesawat ruang angkasa nirawak bernama Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) dalam waktu 2 jam 37 menit sebelum pesawat tersebut kehilangan tenaga.
“Ini akan menginspirasi lebih banyak orang, khususnya misi jepang, untuk mencoba mendarat di tempat yang belum di jelajahi di bulan,” ungkap Shinichiro Sakai selaku manager proyek pendaratan tersebut, dikutip dari Reuters (27/1).
Baca Juga
Saat mendarat, panel mengalami gangguan yang sangat mempengaruhi kemampuannya, sehingga menyebabkan pesawat ruang angkasa tersebut bergantung pada daya baterai.
Dalam video JAXA, penjelajah beroda SLIM mengambil SLIM yang terjatuh di lereng kawah bulan. Posisi jatuhnya miring ke barat, menyebabkan panel surya SLIM tak dapat menghasilkan listrik. Meski begitu, perubahan arah sinar matahari bisa menyalakan mesin sebelum matahari terbenam pada 1 Februari dengan suhu dingin.
“SLIM tidak di rancang untuk bertahan di malam bulan,” kata Sakai dalam sebuah konferensi Pers.
Di lain sisi, Jepang berhasil mendarat di bulan menggunakan pesawat ruang angkasa nirawak dan menjadi negara kelima yang melakukannya. Sebelumnya, empat negara lainnya yang berhasil sampai ke bulan adalah Uni Soviet (Rusia), Amerika, China, dan India.
Hingga saat ini, 12 astronot NASA telah berhasil menjejakkan kaki di bulan. Menurut laporan terbaru yang di lansir dari Antara, Sabtu (27/1), Korea Selatan, Turki, dan Afrika Selatan berencana mencapai bulan pada tahun 2030 mendatang.
JAXA telah dua kali mendaratkan wahana-wahana robotnya di sejumlah asteroid, sehingga pendaratan di bulan ini menjadi hal penting.
Wahana luar angkasa ini akan memainkan peran penting dalam program Artemis milik badan antariksa AS (NASA), yang berupaya mengembalikan manusia ke permukaan bulan setelah jeda selama lebih dari setengah abad.
Tahun lalu, perusahaan swasta Jepang, iSpace, mencoba melakukan pendaratan. Pesawat miliknya, Hakuto-R, jatuh ketika komputer di dalamnya mengalami kesulitan mendeteksi ketinggian di atas bulan.
Pada Kamis, perusahaan swasta Amerika Astrobotic membuang kapal pendarat miliknya, Peregrine, di atmosfer bumi. Kesalahan pada aspek pendorong membuatnya gagal melakukan upaya pendaratan.
Bagaimanapun, Dr. Simeon Barber dari Open University Inggris menyatakan salut atas upaya Jepang dalam mendaratkan wahana pertamanya di Bulan.
“Bagi saya, ini semua tentang bagaimana pendaratan itu dilakukan secara presisi, itu adalah sebuah kesuksesan besar. Saya akan sangat senang jika saya menjadi mereka,” katanya kepada BBC News.
Senada dengan hal tersebut, Dr. Emma Gatti, dari media digital Space Watch Global, mengatakan Jepang layak merayakan keberhasilannya.
“Ini bersejarah bagi mereka, ini adalah masalah prestise. Ini penting bagi jepang sebagai sebuah negara, pentingnya bagi semua investasi yang sudah mereka gelontorkan, bukti bahwa hal itu bisa di lakukan oleh negara yang tidak sebesar China atau AS,” ucap Emma Gatti.