Gelombang Kasus Covid di Singapura kembali menghantam, menyebabkan peningkatan signifikan dalam jumlah kasus baru dan menempatkan sistem kesehatan di bawah tekanan besar.
Angka kasus harian COVID-19 meroket sebesar 90% pada bulan Mei, meningkat drastis dari 13.700 kasus menjadi 25.900 kasus.
Lonjakan tajam ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan otoritas kesehatan dan masyarakat, mendorong pemerintah untuk menerapkan kembali beberapa pembatasan dan langkah-langkah pencegahan guna mengendalikan penyebaran virus.
Menurut data terakhir Kementerian Kesehatan (MOH) pada Sabtu (18/5), rataan angka pasien yang dirawat inap di rumah sakit juga naik drastis dari 181 menjadi 250 pasien.
Baca Juga : 108 Gerai KFC di Malaysia Tutup Buntut Boikot Pro Israel
Para ahli memperkirakan bahwa jumlah penderita yang terinfeksi virus corona bakal melejit antara pertengahan hingga akhir Juni 2024.
Kementerian Kesehatan (MOH) menyampaikan bahwa mereka sedang memantau dengan serius peningkatan angka-angka ini.
Langkah-langkah telah diambil untuk meningkatkan kapasitas tes, memperkuat sistem pelacakan kontak, dan memperluas akses masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 guna mengatasi situasi ini.
Varian COVID-19 yang sedang menyebar di negeri “Singa” adalah KP.1 dan KP.2 yang mendominasi dua pertiga kasus infeksi.
Dua varian ini, KP.1 dan KP.2, adalah turunan dari varian JN.1 yang muncul beberapa bulan lalu. Selain itu, KP.2 juga telah menjadi varian dominan di beberapa negara lain, termasuk China, Thailand, India, Australia, dan Inggris.
Kementerian menekankan bahwa tidak ada indikasi bahwa kedua varian ini lebih berbahaya dari varian COVID-19 sebelumnya.
Baca Juga : Sandra Dewi Kembali Dipanggil Kejagung Terkait Kasus Korupsi Timah
MOH juga menghimbau warga yang belum menerima suntikan vaksin dalam 12 bulan terakhir untuk kembali di vaksinasi.
Sebanyak 80% warga Singapura telah menerima vaksinasi penuh namun belum menerima vaksin tambahan dalam setahun terakhir.
Pemerintah mengingatkan agar masyarakat tetap waspada walaupun COVID-19 sudah berstatus endemik.
Singapura akan tetap melanjutkan kebijakan hidup berdampingan dengan COVID-19 yang ditandai dengan telah normalnya kehidupan sehari-hari di Singapura seperti sebelum pandemi.
Pada 13 Februari 2023, Negeri Kota ini mengakhiri tiga tahun status siaga hingga darurat pandemi Covid-19, menandai langkah penting dalam upaya pemulihan dari dampak pandemi yang telah melanda selama beberapa tahun.
Pada hari yang sama, pemerintah mencabut protokol kesehatan dan pembatasan sosial terakhir, yaitu aturan wajib bermasker di kendaraan umum.
Saat ini, mayoritas besar warga Singapura tidak lagi mengenakan masker. Hal ini dapat dilihat dari penurunan signifikan dalam penggunaan masker di tempat umum dan kemunculan wajah tanpa penutup di berbagai lokasi di seluruh negeri.