Palembang (Lensagram) – Kasus pengungkapan terhadap seorang dokter koas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri), Muhammad Luthif, menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial.
Insiden ini terjadi pada Rabu (11/12) di sebuah tempat makan di kawasan Demang Lebar Daun, Palembang, Sumatera Selatan.
Muhammad Luthif dianiaya oleh pria berinisial DT karena konflik terkait penjadwalan piket.
Kronologi Kejadian
Peristiwa ini bermula dari pertemuan antara Muhammad Luthif dengan LD, seorang dokter koas lainnya, dan LS, yang merupakan ibu dari LD.
Baca Juga : VIRAL! Dokter Gadungan Operasi Pasien Hingga Tewas Mengandalkan Tutorial Dari Youtube
Pertemuan tersebut direncanakan untuk membahas permintaan LD agar jadwal piket malam tahun barunya diubah.
Alasan LD menyampaikan stres sebagai tenaga medis yang membuatnya merasa tidak mampu menjalani jadwal tersebut.
Namun, Luthif tidak memberikan respon atas permintaan tersebut. Hal ini kemudian membuat suasana menjadi tegang.
DT, yang hadir mendampingi LS, tersulut emosi akibat situasi tersebut. Tanpa basa-basi, DT langsung melayangkan pukulan kepada Luthif, yang menyebabkan di lokasi kejadian.
Insiden ini mengejutkan para pengunjung tempat makan dan dengan cepat menyebar ke media sosial.
Langkah Hukum dan Tindakan Kepolisian
Pasca kejadian, Muhammad Luthif melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
Dua hari kemudian, pada Jumat (13/12), DT menjalani pemeriksaan di Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Sumatera Selatan.
Pemeriksaan berlangsung dengan pendampingan kuasa hukum DT, Titis Rachmawati.
Dalam keterangannya kepada media, Titis menyatakan bahwa keluarga DT bertanggung jawab atas peristiwa ini dan telah meminta maaf secara langsung kepada Muhammad Luthif.
Selain itu, Titis berharap agar kasus ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan untuk menghindari dampak yang lebih besar.
Meski begitu, Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Sunarto menegaskan, kasus ini tetap akan diproses sesuai hukum yang berlaku.
Hingga saat ini, status hukum DT masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Polisi juga sedang mendalami kronologi kejadian untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
Reaksi Universitas Sriwijaya
Kasus ini tidak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga pihak Universitas Sriwijaya.
Rektor Unsri, Taufiq, memberikan pernyataan resmi terkait kejadian tersebut.
Ia menyayangkan terjadinya tindakan kekerasan, apalagi melibatkan tenaga medis yang sedang menjalani tugas profesional.
“Kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan, apalagi jika dilakukan dalam lingkup akademik atau profesional. Kami berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan baik oleh semua pihak yang terlibat,” ujar Taufiq.
Rektor Unsri juga menegaskan bahwa universitas akan terus memadukan perkembangan kasus ini dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada mahasiswa yang menjadi korban.
Sorotan Publik: Pentingnya Pengelolaan Jadwal dan Kesehatan Mental Tenaga Medis
Kasus ini memicu perbincangan luas di media sosial, terutama terkait tekanan yang sering dialami tenaga medis, termasuk dokter koas.
Publik menyoroti pentingnya pengelolaan jadwal kerja yang manusiawi, terutama bagi mereka yang berada di masa pendidikan dan pelatihan medis.
Banyak pihak yang turut menyampaikan empati kepada Muhammad Luthif dan mengkritik tindakan kekerasan yang dilakukan DT.
Beberapa warganet juga mendorong lembaga terkait, termasuk universitas dan rumah sakit pendidikan, yang lebih peduli terhadap kesehatan mental tenaga medis.
Seperti yang diketahui, dokter koas sering kali menghadapi tekanan besar, baik dari jadwal kerja yang padat maupun tanggung jawab profesional yang mereka emban.
Baca Juga : WOW Cetak Uang Palsu Senilai Rp 1,2 M, Polisi Berhasil Gerebek Kompolotan Uang Palsu di Bekasi
Situasi ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka dan berpotensi menimbulkan konflik seperti yang terjadi dalam kasus ini.
Kesimpulan
Hingga kini, kasus terhadap Muhammad Luthif masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian.
Sementara itu, keluarga DT telah menyampaikan permintaan maaf dan berharap permasalahan ini dapat diselesaikan secara damai.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi yang baik dan empati, terutama dalam situasi penuh tekanan seperti di dunia medis.
Semua pihak berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.