Mas Putra dan rekan-rekannya telah menjalani profesi ini selama 3-4 tahun. Mereka berjuang mengumpulkan sampah botol, kardus, dan aqua gelas untuk dijual kepada pengepul, menjadi mata pencaharian harian mereka. Tercermin nuansa kisah pemulung yang diperlakukan seperti hewan menggambarkan perlakuan tidak manusiawi terhadap seorang pemulung.
Tanpa tempat tinggal yang tetap, Mas Putra dan rekan-rekannya biasanya tidur di pinggir jalan. Penghasilan mereka sehari hari biasanya berkisar 50 ribu hingga 100 ribu per hari.
Mas Putra dan rekan-rekannya mengaku ketika musim hujan membuat kendala bagi profesi mereka, sering kali mereka harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Dengan profesi ini mereka sangat rentan terkena penyakit seperti sakit pinggang, rematik, pegal-pegal, dan sakit kaki.
” ya pas ujan itu sesengsaranya emang sampe ngutang, makan aja mutlak itu kaya bulan puasa. kita jalanin basah kuyup malah sakit,” ucap Mas Putra dan rekan-rekannya.
Mereka tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mas putra dan rekan-rekannya tidak jarang mendapatkan teguran dari RT, RW, atau warga sekitar. Razia Satpol PP juga menjadi ancaman yang harus mereka hindari.
” ga ada bantuan dari pemerintah si, kalo ada pun itu sembako-sembako ya sedekah aja. dan kita harus kucing-kucingan dulu lah sama satpol PP dan saya juga pernah di tangkap satpol PP, ya namanya anak jalanan ya resiko itu udah jelas,” kata Mas Putra.
Mas Putra, yang pernah ditangkap Satpol PP, menceritakan pengalaman tidak mendapatkan pembinaan atau pelatihan keterampilan selama penahanan. Mereka bahkan harus tinggal bersama ODGJ.
Dengan niat keras dan sungguh-sungguh untuk bekerja, Mas Putra dan rekan-rekannya berharap pada pimpinan yang terpilih dan pemerintahan baru agar memberikan perhatian lebih terhadap lapangan kerja bagi anak jalanan seperti mereka. Harapan mereka adalah adanya peluang untuk membangun hidup yang lebih baik dan layak.
Baca Juga : Cewe Baduy Ini Belum Pernah ke Mall
Tonton Selengkapnya di Youtube Lensagram :