Bu Tusi Rahmat atau akrab disapa Bu Itus, merangkai perjalanan panjang sebagai seorang pedagang tempe. Kesulitan Pedagang Tempe Karena Harga Kedelai Naik, dengan kisah warisan keluarga dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Tempe dengan kandungan gizi dan protein tinggi dibandingan dengan daging, menjadi pilihan sehat untuk banyak orang.
“kalo di desa kan uang nyarinya susah, jadi pada lebih memilih tempe. Dan tempenya kan gapunya lemak dan gizinya gede banget, Beda sama daging. Tempe juga kan murah dan mudah di dapetin dan mudah di olahnya”. Kata Bu Itus.
Bu Itus menghadapi kesulitan saat harga kedelai naik dan musim hujan, menyulitkan ketersediaan kedelai, kecambah, dan daun untuk membungkus tempe.
“kalo tempe alhamdulillah mudah di cari tapi harganya naik-naik terus, kalo kecambah pernah tidak ada stok soalnya produk lokal kan kadang gagal panen. “ Ujar Bu Itus.
Pendapatan Bu Itus dari berjualan tempe bervariasi tergantung seberapa ramai minat konsumen. Penghasilan Ibu Itus bisa mencapai 1 juta rupiah per hari jika ramainya konsumen yang membeli tempe Ibu Itus.
“ tidak pasti pendapatannya tergantung rame atau ngganya ya, tergantung anak-anak sekolah klo anak sekolah libur pasti sepi. Ya dapetnya 1 juta lebih lah, begitu lah kalo di kampung tidak pasti pendapatannya”. Demikian Bu Itus.
Ibu Icus berharap agar lingkungan tetap bersih dan terjaga, Bu itus berharap kepada pemerintah untuk menyiapkan tempat khusus untuk pembuangan limbah produksi tempe. Dan harga kedelai jangan naik terus menerus
“belum ada, sebenernya si pengen cara nanganin lembahnya ya biar ga mencemarkan. Pengennya si aku minta bantuan cara bikinnya aja gitu gimana caranya biar lembahnya tidak tercemarkan”. Ujar Bu Itus.
Baca Juga : Tsunami Banten dan Bantuan Yang Salah Sasaran
Tonton Selengkapnya di Youtube Lensagram :