Laporan kantor berita Xinhua pada Minggu (2/6) menyatakan bahwa Pesawat Luar Angkasa China Chang’e-6 milik China berhasil mendarat di sisi jauh Bulan untuk mengumpulkan sampel.
Program luar angkasa Beijing yang telah berusia puluhan tahun membuat lompatan terbaru ini.
“Chang’e-6 mendarat di Cekungan Aitken Kutub Selatan yang luas, salah satu kawah tumbukan terbesar yang di ketahui di tata surya, kata Xinhua,” mengutip Badan Antartika Nasional Tiongkok seperrti di laporkan AFP.
Menurut badan tersebut, ini merupakan pertama kalinya sampel dikumpulkan dari area Bulan yang jarang di eksplorasi.
Chang’e-6 sedang menjalankan misi 53 hari yang secara teknis rumit dan dimulai pada 3 Mei.
Baca Juga : Ratusan Lebah Serang Tentara Israel di Gaza Selatan, Belasan Dirawat ICU
Setelah mendarat, Pesawat Luar Angkasa China tersebut akan mencoba mengambil tanah dan bebatuan di bulan, serta melakukan eksperimen lain di zona pendaratan.
Xinhua mengatakan bahwa proses itu akan selesai dalam waktu dua hari. Wahana ini akan menggunakan dua metode pengumpulan: bor untuk mengumpulkan sampel dibawah permukaan dan lengan robot untuk mengambil spesimen dari permukaan.
Kemudian, wahana tersebut harus mencoba peluncuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dari sisi bulan yang selalu menghadap jauh dari bumi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa sisi gelap bulan menjanjikan untuk penelitian karena kawahnya memiliki sedikit perlindungan dari aliran lava purba dibandingkan dengan sisi dekatnya.
Baca Juga : Warga Asli Depok Rela Jual Rumah dan Tinggal di Kuburan Akibat Kecanduan Judi Online
Materi yang dikumpulkan dari sisi gelap mungkin bisa memberikan pencerahan yang lebih baik tentang bagaimana Bulan terbentuk.
Rencana untuk mewujudkan “impian luar angkasa” Tiongkok telah dijalankan secara berlebihan di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
Selama satu dekade terakhir, Beijing telah mengalokasikan sumber daya yang sangat besar ke dalam program luar angkasa, menargetkan serangkaian upaya ambisius dalam usahanya untuk menutup kesenjangan dengan dua kekuatan luar angkasa tradisional: Amerika Serikat dan Rusia.
Negara ini telah mencapai beberapa pencapaian penting, termasuk membangun stasiun ruang angkasa yang disebut Tiangong, atau “Istana Surgawi”.
Baca Juga : KPK Sita Rumah Mewah Senilai Rp4,5 Miliar Milik Syahrul Yasim Limpu di Makassar
Namun, Washington telah memperingatkan bahwa China menggunakan program luar angkasa untuk menutupi tujuan militer dan upaya membangun dominasi di luar angkasa.
Tiongkok berencana untuk mengirim misi berawak ke Bulan pada tahun 2030 dan membangun pangkalan di permukaan bulan.
Amerika Serikat juga berencana untuk mengirim astronot kembali ke Bulan pada tahun 2026 dengan misi Artemis 3.