Jakarta (Lensagram) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Fahira Idris, menyampaikan harapannya agar peringatan Hari Pendidikan Nasional dapat menjadi momentum reflektif untuk mengevaluasi kembali peran strategis pendidikan dalam peta jalan menuju Indonesia Emas 2045. “Idealnya, sistem pendidikan saat ini tidak lagi dipahami semata sebagai proses transfer ilmu pengetahuan, melainkan sebagai pilar utama dalam membentuk karakter, meningkatkan kompetensi, serta memperkuat daya saing sumber daya manusia Indonesia,” ujarnya melalui siaran pers pada Jumat (2/5/2025).
Menurut Fahira Idris, di tengah dinamika bonus demografi dan percepatan transformasi digital global, Indonesia harus mampu menjawab secara tegas apakah sistem pendidikannya telah benar-benar menjadi faktor pengungkit bagi kemajuan bangsa. Senator asal DKI Jakarta tersebut menegaskan bahwa cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju hanya berjarak sekitar 20 tahun lagi.
Senator asal Jakarta tersebut menyampaikan bahwa cita-cita Indonesia untuk menjadi negara maju hanya tersisa 20 tahun lagi.
Baca Juga : Presiden Janji Hapus Outsourcing, Apa Bisa Dipercaya?
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan dapat mempersiapkan generasi yang adaptif, inovatif, dan berintegritas dalam menghadapi disrupsi teknologi serta perubahan sosial yang terjadi dengan cepat, jelasnya.
“Jika pendidikan gagal menjalankan peran strategis tersebut, potensi bonus demografi justru dapat berubah menjadi beban sosial. ‘Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi titik awal untuk merumuskan kembali visi pendidikan sebagai kekuatan utama dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaya saing tinggi,’ ungkap Fahira.”
Ia menyatakan bahwa menjadikan pendidikan sebagai daya penggerak menuju Indonesia Maju 2045 memerlukan lompatan paradigma serta strategi sistemik yang berkelanjutan. Beberapa langkah strategis, tambahnya, dapat menjadi kunci. Pertama, penguatan kualitas dan profesionalisme guru.
“Reformasi pendidikan tidak akan memiliki makna tanpa peran guru sebagai inti dari perubahan. Profesionalisme guru harus diperluas tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas dan keberlanjutannya,” ujarnya. Selain itu, ia menambahkan, insentif, pelatihan berjenjang, dan literasi teknologi untuk guru harus menjadi prioritas. Pasalnya, guru kini tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran, mentor karakter, dan agen perubahan. Kedua, perlu dilakukan reorientasi kurikulum dan pembelajaran kontekstual. Kurikulum harus memastikan bahwa pembelajaran berbasis kontekstual, lintas disiplin, serta menekankan pada pembelajaran mendalam dan pengembangan nilai-nilai. “Pendidikan nilai (seperti kejujuran, integritas, kedisiplinan, semangat, kreativitas, dan nilai kebaikan lainnya) harus menjadi fokus utama kurikulum, bukan hanya sekadar pelengkap,” tambahnya.
Sumber :
https://nasional.kompas.com/read/2025/05/02/10503401/hardiknas-2025-fahira-idris-ingatkan-pentingnya-pendidikan-untuk-capai
Baca Juga : Kloter Pertama Jemaah Haji Tiba-Tiba Berangkat, Ternyata Ada Hal yang Disembunyikan!