Malaysia gempar setelah polisi melaksanakan penggerebekan besar-besaran di 20 panti asuhan pada Rabu (11/9). Dalam operasi tersebut, aparat berhasil menangkap 171 orang, di antaranya beberapa ustaz yang diduga terlibat dalam kasus pelecehan anak.
“Penggerebekan serentak di rumah panti asuhan di kedua negara bagian itu mengakibatkan penangkapan 171 orang termasuk pengurus, ustaz (guru agama) dan ketua tempat tersebut,” kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Razarudin Husain, pada Rabu, seperti dikutip dari New Straits Times.
Polisi menangkap 66 pria dan 105 wanita berusia antara 17 hingga 64 tahun. Identitas para tersangka, termasuk mereka yang disebut sebagai ustaz, belum diungkap.
Baca Juga : HEBOH Harga Tiket KRL Bakal Naik Rp 1.000, Kemenhub Buka Suara
Dalam penggerebekan itu, aparat menyelamatkan lebih dari 400 anak yang diduga dikelola oleh panti asuhan Global Ikhwan Services and Business (GISB).
Menurut Razarudin, petugas menemukan ratusan anak, yang terdiri dari 201 laki-laki dan 201 perempuan, berusia antara satu hingga 17 tahun.
Petugas melakukan penggerebekan sebagai tanggapan terhadap laporan warga yang diajukan pada bulan September ini mengenai penelantaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual di tempat tersebut.
Dikutip dari Reuters, departemen agama Islam Selangor mengungkapkan pada Kamis (12/9) bahwa dua tempat yang digerebek terdaftar di pemerintah negara bagian sebagai sekolah Islam.
Departemen itu menyatakan bahwa mereka telah memantau sekolah-sekolah tersebut pada Juli lalu, tetapi tidak menemukan pelanggaran. Mereka berencana untuk menyelidiki lebih lanjut dan akan mengambil tindakan yang tepat jika menemukan pelanggaran.
Baca Juga : Bangun Rumah Sendiri Akan Dikenakan Pajak 2,4% Mulai 2025, Kemenkeu Buka Suara
Di sisi lain, GISB membantah tuduhan bahwa mereka mengeksploitasi anak-anak sebagai pekerja dan menyebutnya sebagai fitnah.
“Kami membantah tuduhan ini dan menekankan bahwa perusahaan tidak akan berkompromi dengan kegiatan apa pun yang melanggar hukum, khususnya mengenai eksploitasi anak-anak sebagai pekerja,” tutur GISB, seperti dikutip dari CNA.
“Kami siap menawarkan kerja sama kami kepada pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya dalam pernyataan yang dirilis pada Rabu malam.