Pada Senin (13/5/2024), Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani undang-undang Larangan Impor Uranium Rusia. Ini merupakan upaya terbaru Washington untuk menahan invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Melansir Reuters, larangan impor bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir akan di mulai sekitar 90 hari lagi, meskipun Departemen Energi AS dapat mengeluarkan keringanan jika terjadi masalah pasokan.
Rusia merupakan pemasok utama uranium yang di perkaya di dunia, dan sekitar 24% uranium yang di perkaya yang digunakan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir AS berasal dari negara tersebut.
Baca Juga : Pemerintah Thailand Melarang Penggunaan Ganja untuk Kegiatan Rekreasi pada Akhir 2024
Undang-undang Larangan Impor Uranium Rusia tersebut juga membuka pendanaan sekitar US$ 2,7 miliar dari undang-undang sebelumnya untuk membangun industri bahan bakar uranium di AS.
“Hari ini, Presiden Biden menandatangani serangkaian tindakan bersejarah yang akan memperkuat keamanan energi dan ekonomi negara kita dengan mengurangi, dan akhirnya menghilangkan, ketergantungan kita pada Rusia untuk pembangkit listrik tenaga nuklir sipil,” kata Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional, dalam sebuah pernyataan.
Sullivan mengatakan bahwa undang-undang tersebut memenuhi tujuan multilateral yang telah di tetapkan bersama sekutu dan mitra AS. Tujuan ini termasuk janji dengan Kanada, Prancis, Jepang, dan Inggris pada bulan Desember lalu untuk secara kolektif menginvestasikan dana senilai US$ 4,2 miliar guna memperluas kapasitas pengayaan dan konversi uranium.
Jika Departemen Energi menerapkan kebijakan tersebut, AS bisa benar-benar menghentikan ketergantungan pada impor uranium dari Rusia pada 2027.
Baca Juga : Penemuan Harta Karun Senilai Ratusan Juta oleh Pedagang Barang Antik di Kali Ciliwung
Anatoly Antonov, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat, mengatakan bahwa keputusan Washington akan mengguncang hubungan ekonomi global, namun tidak akan mencapai hasil yang di inginkan.
“Keseimbangan antara eksportir dan importir produk uranium sedang terganggu,” kata Antonov, melalui pernyataan yang di keluarkan kedutaan Rusia di Washington.
Dia menambahkan, “Kehidupan telah memastikan bahwa perekonomian Rusia siap menghadapi tantangan apa pun dan dengan cepat merespons kesulitan yang muncul, bahkan mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Kali ini juga demikian,”.