Pernah viral, Kampung 200 di Bandung Yang Terlupakan. Namun, saat ini kampung tersebut mulai dilupakan.
Kampung Pelangi di beri nama karena warga di sana mewarnai atap rumah mereka dengan berbagai warna, menciptakan tampilan seperti pelangi. Kampung ini di dirikan pada tahun 1990-an. Pada awalnya, kampung ini hanya terdiri dari tanah kosong yang di kelilingi oleh pohon-pohon besar di sepanjang Sungai Cikapundung. Kemudian, warga mulai mendatangi kampung ini setelah lokasi asal mereka di relokasi.
“Dulunya mah cuma kebun doang, kayak hutan malahan. Rumah itu paling ada deretan ini doang, masih sedikit. Tahun 90-an itu mulai rame, akhirnya sekarang udah jadi pemukiman padat penduduk,” ucap Wasto, salah satu warga Kampung Pelangi 200, di lansir dari Detiktravel.
Pemerintah memberikan bantuan sebesar Rp 200 ribu kepada warga yang membangun tempat tinggal di kampung tersebut untuk membantu biaya hidup sehari-hari. Warga kemudian mengambil inisiatif dengan mewarnai atap rumah mereka dengan berbagai warna.
Baca Juga : Geger Galian Sumur Bor di Pamekasan Keluarkan Semburan Api Setinggi 6 Meter
Dari situ lah tercipta nama Kampung Pelangi 200. Nama pelangi di gunakan lantaran rumah warga yang beraneka warna. Sementara 200 di ambil dari bantuan dari pemerintah sebesar Rp 200 ribu.
“Dari situ kampung ini di namainnya Kampung Pelangi 200. Tadinya mah nggak ada perkampungan soalnya, hutan tadinya,” beber Wasto.
Setelah di resmikan pada Agustus 2018 oleh Ridwan Kamil, sebuah perusahaan cat memberikan bantuan kepada kampung tersebut yang kemudian menjadi viral. Deretan rumah di Kampung Pelangi 200 di cat dengan bermacam warna cerah untuk menarik wisatawan yang datang ke sana.
Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu, warna-warni cat yang menghiasi Kampung Pelangi 200 mulai memudar. Tentu saja, hal tersebut juga berdampak terhadap jumlah wisatawan yang datang ke kampung tersebut.
Baca Juga
“Iya, dulu ramai, Pak Ridwan Kamil (saat masih menjabat Wali Kota Bandung) pernah meresmikannya. Namun sekarang, tidak pernah ada yang datang lagi, sejak cat bangunan memudar, sudah tidak ada orang yang datang,” ungkap Wasto.
Sunengsih, salah satu warga di Kampung Pelangi 200, berharap pemerintah dapat kembali mengembangkan wisata di kampung tersebut. Pasalnya, dengan banyaknya wisatawan yang datang, tentunya dapat membantu perekonomian warga yang tinggal di Kampung Pelangi 200.
“Warga di sini jadi ikut terbantu secara ekonominya juga. Ya pengennya bisa kayak dulu lagi a, biar bisa rame lagi di datangin sama orang,” pungkas Sunengsih.