Di tengah kesibukan ibu kota, Pak Sutarjo, seorang pengemudi ojek pangkalan berusia 53 tahun, menjalani kehidupannya dengan penuh dedikasi.
Sejak tahun 2000, ia beralih menjadi pengemudi ojek setelah terkena dampak krisis moneter yang menyebabkan PHK massal di pabrik tempatnya bekerja.
“Daripada nganggur, saya memilih ngojek. Pekerjaan ini jadi alternatif paling gampang,” ungkapnya.
Sebelum terjun ke dunia ojek, Pak Sutarjo telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja di pabrik. Namun, setelah krisis melanda, banyak rekan-rekannya yang di-PHK, termasuk dirinya.
Baca Juga : Yakult Lady yang Sudah Berjulan 10 Tahun Hingga Ludes Ratusan Pcs Dalam Sehari
“Waktu itu, mencari kerja sangat susah. Jadi, saya memutuskan untuk menjadi ojek pangkalan,” jelasnya.
Saat ini, Pak Sutarjo bekerja dari pukul 07.00 hingga 18.00, dan kembali lagi dari pukul 16.00 hingga tengah malam. Dalam sehari, ia bisa mengangkut antara 50 hingga 70 penumpang pada hari biasa. Di hari-hari tertentu, jumlah tersebut dapat meningkat hingga 100 atau bahkan 150 penumpang.
“Kalau hari biasa, ya 50-70. Kalo lebih, ya itu rezeki,” kata Pak Sutarjo dengan senyum.
Namun, kehadiran ojek online dan sistem transportasi jak lingko menjadi tantangan tersendiri bagi pengemudi ojek pangkalan.
“Ada dampaknya dari ojol dan sekarang ada angkot gratis, orang lebih memilih itu karena lebih mudah,” tambahnya.
Meskipun pernah ada pembatasan wilayah antara ojek online dan ojek pangkalan, kini batasan itu tampaknya telah dihapus, memicu persaingan yang semakin ketat.
Pak Sutarjo mengungkapkan bahwa saat ini sering terjadi “rebutan sewa” antara pengemudi ojek online dan ojek pangkalan.
“Kadang-kadang kami tidak saling tanya, langsung rebutan,” ucapnya.
Meski demikian, ia tetap berusaha untuk menjalankan profesinya dengan baik dan tetap bertahan di tengah perubahan yang terjadi.
Baca Juga : Tukang Service KTP Dengan Permintaan Aneh Konsumen Hingga Waria Minta Ubah Identitas Kelamin
Keinginan untuk mendaftar sebagai pengemudi ojek online pernah ada di benak Pak Sutarjo. Namun, kendala fasilitas menjadi penghalang.
“Sebetulnya ada keinginan untuk mendaftar, tapi motor saya tidak memenuhi syarat. Saya pakai motor yang sudah tua dan butut,” jelasnya.
Pak Sutarj o adalah gambaran nyata dari seorang pekerja keras yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kondisi yang tidak selalu mendukung.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, semangatnya untuk bertahan dan mencari nafkah patut diacungi jempol.