Pak H.Ambotansi seorang pengusaha ikan teri di wilayah Sumur, ia mendedikasikan dirinya untuk usaha ikan teri sejak tahun 1994. Dampak Mematikan: Bahaya Limbah Laut Membunuh Ikan Teri. Telusuri krisis yang dihadapi oleh ikan teri akibat limbah laut.
“awalnya saya beli ikan di pasar lalu kirim ke Lampung Teluk Lempasing. Liat keadaan ikan yang memadai jadi saya ajak bos saya buat buka usaha di sumur” Ujar Pak H.Ambotansi.
Lalu pada tahun 2000, beliau membuka usaha sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkannya.
Ia mengaku seiring berjalannya waktu dan munculnya tambak, pendapatan nelayan ikan teri menurun. Pak H.Ambotansi menyaksikan dampak penyemaran limbah tambak yang membuat ikan teri jarang keluar ke pinggir pantai.
“kalau sekarang mah quintalan aja, dulu sebelum ada tambak saya bisa dapatin 8-30 ton dalam sebulan. Sekarang mah boro-boro.” celetuk Pak H.ambotansi sambil tersenyum
Hasil pemburuan dia hasilnya biasanya di jual kembali ke daerah Kapuk, Jakarta. Dengan penjualan ini Pak H.ambotansi bisa mendapatkan 20 juta dalam sekali produksi.
“ya kalo bagusnya sekarang paling 5 quintal lah. Paling ikan-ikan gitu 5 quintal lah di kali 40 lah sekitar 20 jutaan.” lanjutannya.
Pak H.Ambotansi berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dengan penuh harapan, dan berharap juga kepada pengusaha tambak untuk menghentikan kegiatan yang merusak sumber pekerjaan masyarakat dan lingkungan
“ kalau sekarang-sekarang mah kita berharap dapet bantuan dari pemerintah ya berbentuk apa aja, alat rebus, waring atau modal buat bikin perahu.” ungkap Pak H.Ambotansi
“ buat pengusaha tambak udah stop lah, yang udah merusak masyarakat sumur ini, ini kalo masih berlanjut udah kita mati kutu.” kata Pak H.Ambotansi.
Baca Juga : Penghasilan Tak Menentu Walau Bermandikan Lumpur Bakau
Tonton Selengkapnya di Youtube Lensagram :