Jakarta (Lensagram) – Setelah peristiwa ledakan yang mengguncang lingkungan sekolah SMAN 72 Jakarta, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) cepat merespons dengan perhatian khusus terhadap para korban dan keluarga. Berikut rangkuman layanan yang akan diberikan, agar proses pemulihan bisa berjalan lebih baik.
Data Korban & Respons Awal
-
Peristiwa ledakan terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat 7 November 2025 sekitar pukul 12.15 WIB.
-
Berdasarkan data per 13 November, rumah sakit di antaranya mencatat 75 orang masih dalam perawatan terkait ledakan tersebut.
-
Korban mengalami beragam cedera, mulai dari luka bakar, patah tulang tengkorak, hingga gangguan pendengaran akibat ledakan.
Baca Juga : MBG Disebut Butuh Banyak Perbaikan, Gibran Ungkap Alasan Tak Terduga di Baliknya!
Bantuan yang Disiapkan Kemenkes
Untuk mendukung proses pemulihan korban, Kemenkes telah menyiapkan beberapa langkah konkret:
-
Konseling psikologis – Kemenkes telah berkomunikasi dengan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) untuk menyediakan pendampingan bagi korban dan keluarga.
-
Pendampingan trauma‐healing – Kemenkes menekankan bahwa pemulihan tidak hanya fisik, tetapi juga mental, mengingat sekolah yang terkena insiden tersebut menjadi lingkungan yang sekarang dirasa tidak aman oleh sebagian siswa.
-
Literasi digital & pendidikan karakter – Kemenkes juga memperingatkan bahaya paparan konten kekerasan di internet yang dapat berdampak pada perilaku anak. Oleh karena itu, disiapkan edukasi literasi digital bagi anak dan orang tua.
Kenapa Bantuan Ini Penting
-
Karena dampak ledakan bukan hanya luka fisik, tetapi juga trauma di lingkungan sekolah — siswa yang terdampak maupun yang menyaksikan kejadian dapat mengalami kecemasan.
-
Dengan adanya konseling dan edukasi, diharapkan sekolah dapat kembali menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para siswa.
-
Pendekatan yang melibatkan aspek mental, sosial, dan digital menunjukkan bahwa pemerintah memahami bahwa pemulihan korban harus menyeluruh.
Pesan Penting Untuk Masyarakat
-
Orang tua dan sekolah diharapkan lebih aktif mengawasi kondisi psikologis siswa pasca-kejadian.
-
Anak dan keluarga yang mengalami trauma diminta untuk tidak menunda mencari bantuan profesional (psikolog/ konselor).
-
Sekolah dan pihak terkait harus memperkuat pengawasan digital agar anak tidak terpapar konten kekerasan yang bisa memperparah kondisi.
Baca Juga : Stasiun Baru, Suasana Baru! Beginilah Aksi Prabowo yang Bikin Semua Tersenyum
![]()











