Bonansa seorang captain perahu pancing telah menjalani profesi sebagai nelayan sejak usia 15 tahun. Kisah Nelayan Kecil Berjuang Bertahan di Era Kenaikan BBM.
Dalam aktivitas memancingnya, bonanza memiliki beberapa spot favorit memancing seperti di pulau Peniki, pulau Tidung, dan pulau Pari. Ia umumnya memperoleh hasil tangkapan berupa ikan tenggiri dan ikan kembung.
Bonansa menggunakan umpan rebon dalam kegiatan memancingnya. Meskipun hasil tangkap tidak selalu pasti, keberhasilan dapat menghasilkan penghasilan besar, terutama ketika ada tamu atau wisatawan yang ikut memancing. Pernah suatu hari bonansa berhasil meraup pendapatan sebesar 7 juta dari hasil melelang ikan hasil tangkapannya.
Selain menjadi nelayan, bonansa juga menyediakan fasilitas bagi wisatawan yang ingin ikut memancing. Fasilitas tersebut mencakup makan pagi, makan siang, kopi, dan umpan tambahan. Kapal yang ia bawa memiliki fasilitas kamar mandi dan kamar tidur, serta dapat menampung hingga 10 orang.
Kondisi laut yang semakin tercemar dan dampak reklamasi di Jakarta mempengaruhi hasil tangkapan nelayan, termasuk bonansa. Para nelayan menghadapi tantangan besar akibat berserakan limbah plastik di laut. Selain itu, praktik menjaring sembarangan oleh nelayan lain juga dapat merusak telor atau bibit ikan yang memberikan dampak negatif pada hasil tangkapannya.
Bonansa dan nelayan yang lain merasakan kurangnya perhatian dan tindakan dari pemerintah terkait kendala yang mereka hadapi di lautan. Mereka berharap adanya dukungan dan solusi untuk menjaga keberlanjutan profesi mereka di tengah berbagai tantangan, termasuk naiknya harga BBM yang dapat mempengaruhi modal usaha mereka.
“ dimana ringannya, mereka mah ngeringanin untuk para pedagang agen-agen itu bukan untuk nelayan kecil. Yahh nelayan mah udah ikhlasin aja, biarin lama-lama juga mati,” Ungkap Bonansa sambil tersenyum.
Baca Juga : Perjuangan hidup tukang urut panggilan di Jakarta
Tonton Selengkapnya di Youtube Lensagram :