Jakarta (Lensagram) – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa fenomena kenakalan remaja yang marak terjadi belakangan ini tidak dapat lagi dipandang sebagai perilaku nakal biasa. Menurutnya, permasalahan tersebut telah berkembang menjadi isu yang serius, bersifat sistemik, terorganisasi, dan berpotensi mengancam ketahanan bangsa di masa mendatang.
“Banyak pihak masih menganggap kenakalan remaja sebagai perilaku wajar semata. Padahal, berdasarkan pengamatan saya, fenomena ini merupakan persoalan yang bersifat sistemik—terkelola, terencana, dan terprogram dengan sangat rapi,” tegas Dedi Mulyadi pada Senin (5/5/2025).
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa maraknya kenakalan remaja saat ini berlangsung melalui dua jalur utama. Pertama, melalui pengorganisasian kelompok yang berlindung di balik nama organisasi sekolah atau komunitas informal yang secara aktif memengaruhi para remaja. Kedua, melalui media sosial yang menjadi sarana penyebaran berbagai “panduan” untuk bergabung dengan geng atau kelompok kriminal.
Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa di media sosial beredar berbagai tutorial atau panduan yang mengajarkan remaja cara menjadi anggota geng kriminal. Ia menambahkan, para pelaku memanfaatkan celah hukum karena mengetahui bahwa anak di bawah umur tidak dapat diproses melalui mekanisme pidana umum.
Ia menilai bahwa penanganan konvensional terhadap anak-anak nakal maupun pelaku kriminal remaja saat ini belum memberikan efek jera yang memadai. Setelah melalui proses peradilan anak, para pelaku hanya menjalani pembinaan khusus karena tidak dapat dijerat dengan pidana umum. Namun, fasilitas pembinaan yang dimiliki kepolisian sangat terbatas, sehingga proses pembinaan kerap dilakukan secara seadanya di kantor polisi, seperti dengan hukuman fisik ringan, sebelum akhirnya dipulangkan.
Baca Juga : Siswa Kabur dari Barak TNI! Pengamat Peringatkan Dampak Serius bagi Psikologis Anak
Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa sebagian kasus kenakalan remaja masih sering diselesaikan secara kekeluargaan. “Banyak yang akhirnya hanya dikembalikan kepada orang tuanya tanpa pembinaan yang memadai, dan pada akhirnya kembali terlibat dalam aktivitas geng,” ujarnya. Situasi ini semakin memprihatinkan ketika aksi kekerasan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh remaja, terekam dan disebarluaskan melalui media sosial.
“Yang paling mengerikan adalah ketika mereka melakukan tawuran, menganiaya hingga menghilangkan nyawa, lalu merekam dan mengunggahnya ke media sosial. Ini tidak bisa kita biarkan. Kita tidak bisa hanya berwacana; harus ada tindakan nyata,” tegas Dedi.
Sebagai bentuk langkah konkret, Dedi Mulyadi telah menginstruksikan agar remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal dan kenakalan berat dibawa ke barak militer untuk mendapatkan pendidikan karakter dan pelatihan kedisiplinan. Ia menilai bahwa pendekatan ini penting guna memutus rantai kekerasan remaja yang terus berulang. “Tindakan pendisiplinan yang saya jalankan melalui barak militer bertujuan agar para remaja memahami makna tanggung jawab dan hidup yang tertib,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dedi juga mendorong penguatan peran tim siber dalam membubarkan organisasi remaja bermuatan kriminal. Ia bahkan menyarankan agar akun media sosial yang terbukti menjadi sarana pengorganisasian tindakan kriminal segera ditutup. “Ini bukan sekadar geng pelajar. Ini adalah upaya sistemik yang berpotensi melumpuhkan generasi muda bangsa, bahkan berkaitan dengan jaringan bisnis ilegal melalui media sosial,” tandasnya.
Dedi menegaskan bahwa kenakalan remaja saat ini tidak bisa lagi dipandang sebagai perilaku khas anak muda seperti era 1980-an. Fenomena tersebut telah menjadi ancaman serius terhadap masa depan Indonesia. “Ini bukan sekadar kenakalan biasa, ini adalah persoalan ketahanan bangsa. Karena itu, mari kita selesaikan persoalan ini secara komprehensif, tanpa saling menyalahkan,” pungkasnya.
sumber :
https://bandung.kompas.com/read/2025/05/05/084607378/dedi-mulyadi-kenakalan-remaja-saat-ini-mengerikan-kita-tidak-bisa-hanya
Baca Juga : Bantuan Fantastis untuk Guru Honorer 2025 — Angkanya Bikin Kaget!