Jakarta (Lensagram) – Dedikasi seorang guru dalam mencerdaskan generasi bangsa sering kali diuji oleh berbagai tantangan.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Anggi Perdana , seorang lulusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Yogyakarta yang mengabdikan dirinya di daerah terpencil tanpa fasilitas listrik dan air bersih.
Mengabdi Lewat Program SM-3T
Anggi Perdana, asli Desa Jatimulya, Indramayu, memutuskan bergabung dengan program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) setelah mendengar pengalaman temannya.
Setelah melewati proses seleksi yang ketat, ia ditempatkan di Dusun Tedhing, Desa Lanamai, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur .
Dusun Tdhing dikenal sebagai daerah terpencil dengan fasilitas pendidikan yang minim.
Sekolah tempat Anggi mengajar, SMP Negeri Atap 1 Riung Barat , baru berdiri selama 8 tahun saat ia tiba pada tahun 2014.
Dengan kondisi ruangan yang terbatas dan minimalnya guru untuk mata pelajaran seperti PPKN, IPA, dan TIK, Anggi tetap semangat mengajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Tantangan Hidup di Daerah Terpencil
Di dusun tersebut, tidak ada aliran listrik yang memadai. Penerangan hanya mengandalkan lampu surya dan mesin generator.
Air bersih juga menjadi tantangan utama, terutama di musim kemarau.
Para guru dan siswa harus berjalan sejauh 150 meter ke sumber air di tengah sawah atau menunggu ketersediaan air antara pukul 07.00-10.00 WITA.
Meskipun demikian, Anggi terinspirasi oleh semangat para siswa yang tinggi.
Mereka rela menempuh perjalanan hingga 4 km dari rumah ke sekolah, berjalan kaki melewati jalan berbatu, mendaki bukit, bahkan membawa dirigen berisi air untuk kebutuhan di sekolah.
“Yang membuat saya bangga adalah dedikasi mereka. Setiap pagi mereka datang tepat waktu, melaksanakan upacara bendera dengan penuh semangat, meskipun harus menempuh jarak yang cukup jauh,” ujar Anggi.
Berinovasi di Tengah Keterbatasan
Anggi tidak menjadikan pembatasan sebagai alasan untuk berhenti berinovasi.
Ia mencoba menerapkan metode pembelajaran baru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Dalam proses tersebut, ia banyak belajar tentang keteguhan hati dan dedikasi masyarakat setempat terhadap pendidikan.
Pelajaran Berharga dari Pengabdian
Selama satu tahun mengabdi di Riung Barat, Anggi tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi saksi kehidupan anak-anak dengan keterbatasan yang luar biasa.
“Mereka mengajarkan saya untuk bersyukur dan tidak pernah mengeluh, meskipun harus menghadapi banyak kesulitan,” tambahnya.
Inspirasi untuk Generasi Muda
Kisah Anggi Perdana menjadi bukti nyata bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan, bahkan di daerah dengan keterbatasan sekalipun.
Dedikasi seperti ini diharapkan mampu menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk ikut berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa.
Semangat seperti yang ditunjukkan oleh Pak Anggi menjadi contoh bagaimana pendidikan dapat menjadi harapan di tengah keterbatasan.