Jakarta (Lensagram) — Presiden Prabowo Subianto meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru di Jakarta Pusat, memunculkan pertanyaan dari netizen tentang makna di balik proyek besar ini. Meskipun secara resmi acara tersebut dirayakan sebagai simbol modernisasi transportasi publik, sejumlah fakta tersembunyi di balik peresmian ini mengundang rasa penasaran publik.
Modernisasi yang Maksimal
Pertama-tama, Prabowo melakukan perjalanan dengan KRL Commuter Line dari Stasiun Manggarai menuju stasiun yang baru diresmikan. Langkah ini tidak hanya simbolis, tapi juga menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pengembangan moda transportasi massal.
Saat tiba, dia menyapa penumpang dan meninjau fasilitas seperti peron dan area platform.
Presiden menegaskan bahwa stasiun ini menjadi bagian dari upaya memperkuat konektivitas antarmoda di ibukota. Ia bahkan menyatakan bahwa transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau adalah hak bagi semua warga negara.
Baca Juga : Terungkap! Curhatan Pencari Kerja Jakarta: Di-Ghosting HRD hingga Alasan yang Bikin Gigit Jari!
Kapasitas Naik Drastis — Ada Apa?
Salah satu hal yang paling mencuri perhatian adalah lonjakan kapasitas stasiun. Sebelumnya, Stasiun Tanah Abang hanya mampu melayani sekitar 141 ribu penumpang per hari. Namun, setelah revitalisasi, angka itu melonjak hingga 380 ribu penumpang.
Kenaikan ini tidak main-main: stasiun kini memiliki bangunan seluas hampir 19.000 m², jalur rel diperluas, dan empat peron yang dapat melayani rangkaian kereta hingga 12 gerbong.
Menteri Perhubungan Dudy Purwaghandi pun menjelaskan bahwa fasilitas baru ini diharapkan jadi awal dari transformasi besar di jaringan kereta perkotaan.
Investasi Besar, Nilai Proyek Fantastis
Tak kalah mengejutkan, proyek renovasi ini menelan nilai sekitar Rp 380 miliar.
Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah dan PT KAI menyasar bukan sekadar estetika stasiun, tetapi peningkatan kapasitas nyata yang bisa mengubah pola mobilitas harian warga kota.
Netizen Bertanya-tanya: Apa Makna Politikal di Balik Semua Ini?
Karena skala proyeknya besar dan melibatkan investasi publik yang signifikan, netizen pun mulai mengajukan berbagai spekulasi. Beberapa melihat ini sebagai manuver politis: dengan meresmikan infrastruktur utama, Prabowo bisa menunjukkan kepemimpinan yang pro-publik dan berorientasi pembangunan.
Di sisi lain, ada yang menyoroti latar ekonomi: apakah lonjakan kapasitas ini akan diimbangi dengan peningkatan tarif, subsidi, atau pengguna aktif yang berkelanjutan? Sebab, modernisasi tanpa rencana operasional yang matang bisa berujung mubazir.
Tak hanya itu, netizen juga penasaran: sejauh mana proyek ini akan memperkuat konektivitas antarmoda di Jakarta? Akankah stasiun ini benar-benar menjadi “titik awal transformasi” seperti yang diklaim pejabat?
Dampak ke Depan: Apa Artinya untuk Warga Jakarta
-
Dengan kapasitas baru, transportasi kereta bisa lebih efisien dan nyaman, terutama saat jam sibuk.
-
Desain stasiun yang modern dan luas diharapkan menurunkan kepadatan dan meningkatkan pengalaman pengguna KRL.
-
Jika dikelola dengan baik, stasiun ini bisa memperkuat integrasi transportasi publik antar moda (misalnya KRL dengan bus atau MRT), mendorong mobilitas warga secara lebih berkelanjutan.
Kesimpulan
Meskipun peresmian Stasiun Tanah Abang Baru oleh Presiden Prabowo dipandang sebagai langkah positif dalam modernisasi transportasi, netizen tidak tinggal diam. Banyak yang menyebutnya bukan sekadar proyek infrastruktur biasa, melainkan bagian dari strategi yang lebih besar — baik secara politis maupun sosial.
Karena itu, banyak yang bertanya: apakah ini benar-benar transformasi publik atau sekadar “panggung besar” untuk menunjukkan kapabilitas pemerintahan?
Baca Juga : Terungkap! Curhatan Pencari Kerja Jakarta: Di-Ghosting HRD hingga Alasan yang Bikin Gigit Jari!
![]()











