Jakarta (Lensagram) — Warga Ibu Kota bisa mendapat sistem peringatan bencana yang lebih cepat. Pramono Anung, Gubernur DKI Jakarta, mengusulkan agar masjid dan gereja di Jakarta dijadikan sebagai sarana peringatan dini ketika hujan lebat atau banjir berpotensi terjadi.
Menurut Pramono, banyak rumah ibadah — khususnya masjid — sudah memiliki pengeras suara (speaker). Oleh karena itu, pada saat darurat, pengumuman melalui speaker tersebut bisa menjadi jalur cepat untuk menyampaikan informasi ke warga di sekitar.
Lebih jauh, Pramono meminta agar aparat wilayah — lurah dan camat — segera berkoordinasi dengan pengurus rumah ibadah dan masyarakat agar sistem peringatan dini ini dapat berjalan lancar. Dengan demikian, ketika terjadi hujan deras atau banjir, warga bisa segera mendapatkan peringatan dan mengambil langkah aman.
Baca Juga : Kunjungan Prabowo ke Sumatera Berubah Dramatis Saat Ia Melihat Hal Ini di Pengungsian!
Sementara itu, Pemprov DKI juga mempersiapkan langkah antisipasi lain. Di antaranya, pihak berwenang menyiagakan pompa air dan melakukan modifikasi cuaca untuk menekan potensi curah hujan ekstrem, terutama di periode Desember 2025 hingga Januari 2026.
Dengan demikian, inisiatif memanfaatkan rumah ibadah sebagai “sarana alarm banjir” bisa jadi terobosan efektif — apalagi karena banyak masjid dan gereja yang tersebar di seluruh kelurahan, sehingga bisa menjangkau warga hingga ke tingkat RT/RW. Sekaligus, langkah ini memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pengurus rumah ibadah, dan masyarakat dalam menghadapi musim hujan.
Mengapa Ide Ini Penting
-
Cepat dan menjangkau — Banyak rumah ibadah memiliki speaker yang bisa langsung “menyebar” informasi ke warga sekitar.
-
Memanfaatkan jaringan komunitas — Karena masjid/gereja sudah menjadi pusat komunitas, informasi bisa cepat diterima oleh warga yang aktif mengikuti kegiatan di rumah ibadah.
-
Langkah antisipatif bersama — Tidak hanya mengandalkan pompa air atau modifikasi cuaca, tetapi juga melibatkan masyarakat secara langsung.
Tantangan dan Hal yang Perlu Diperhatikan
Namun, agar sistem ini berhasil, diperlukan koordinasi yang baik: pengurus rumah ibadah harus siap menerima instruksi darurat, dan aparat wilayah harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar serta terjadi tepat waktu. Selain itu, tidak semua rumah ibadah mungkin dilengkapi sistem pengeras suara atau teknis untuk penyiaran darurat — hal ini perlu dicek dan diperbaiki terlebih dahulu.
Kesimpulan
Ide menjadikan masjid dan gereja sebagai sarana “alarm banjir” adalah langkah kreatif dan inklusif dari Pemprov DKI Jakarta. Jika dijalankan dengan baik — serta didukung oleh koordinasi pemerintah, pengurus rumah ibadah, dan warga — strategi ini bisa membantu memperingati warga lebih cepat ketika banjir atau hujan lebat datang.
Dengan demikian, sistem peringatan dini tidak cuma mengandalkan teknologi tinggi atau alat berat, tetapi juga kekuatan komunitas lokal.
Baca Juga : Rp 19 Miliar Dikucurkan untuk Korban Banjir-Longsor — Ternyata Ada Program Rahasia di Dalamnya!
![]()











