Seorang ilmuwan asal Belanda, Profesor Freek Vonk, berkesempatan untuk berenang bersama ular anaconda raksasa di Sungai Amazon, Ekuador. Ular tersebut merupakan Spesies Baru Anaconda yang belum pernah di dokumentasikan sebelumnya.
Profesor Vonk, seorang ahli biologi evolusi yang bekerja di Universitas Leiden, Belanda, juga dikenal sebagai pembawa acara program televisi tentang alam liar dan hewan. Dia sedang melakukan shooting untuk serial Disney+ berjudul Pole to Pole with Will Smith, yang mengeksplorasi keanekaragaman hayati di berbagai belahan dunia.
Dalam salah satu episode, Profesor Vonk mengunjungi hutan Amazon, yang merupakan rumah bagi lebih dari 10.000 spesies ular. Di sana, dia bertemu dengan Suku Waorani, yang hidup di pedalaman hutan dan memiliki hubungan khusus dengan ular anaconda. Suku tersebut menganggap ular tersebut sebagai makhluk suci dan pelindung alam.
Baca Juga : HEBOH Kemunculan Dua Matahari di Kepulauan Mentawai Sumbar, Ini Penjelasan BMKG
Suku Waorani mengajak Profesor Vonk untuk mencari ular anaconda di sungai-sungai yang mengalir di hutan. Mereka menggunakan kano dan tombak untuk berburu ular. Setelah beberapa hari, mereka berhasil menemukan seekor ular anaconda raksasa yang sedang beristirahat di dasar sungai.
Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Profesor Vonk langsung melompat ke air untuk berenang mendekati ular tersebut, yang tidak menunjukkan tanda-tanda agresif dan tampak tenang.
“Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Saya merasa sangat beruntung bisa melihat ular terbesar di dunia dari dekat. Ular ini sangat indah dan elegan. Saya tidak takut sama sekali, karena saya tahu ular ini tidak akan menyerang saya tanpa alasan,” kata Profesor Vonk di kutip dari Mirror.
Baca Juga :
Profesor Vonk juga mengambil sampel darah dan jaringan dari ular tersebut untuk diteliti lebih lanjut. Dia bekerja sama dengan tim ilmuwan dari Universitas Quuensland, Australia, yang juga menemukan spesies baru ular anaconda di Amazon. Mereka menamakan spesies tersebut anaconda hijau utara (Eunectes akayima).
Menurut penelitian mereka, spesies ini memiliki perbedaan genetik sekitar 5,5 persen dengan spesies anaconda hijau (Eunectes murinus) yang hidup di bagian selatan Amazon. Perbedaan ini setara dengan perbedaan antara manusia dan simpanse. Mereka juga menemukan bahwa spesies ini sudah ada sejak 10 juta tahun lalu.
Profesor Vonk berharap penemuannya dapat meningkatkan kesadaran dan perlindungan terhadap ular anaconda dan ekosistem Amazon. Dia juga mengapresiasi kerjasama dan kearifan lokal suku Waorani, yang telah menjaga keseimbangan alam dan hidup berdampingan dengan ular anaconda.
“Saya sangat menghormati suku Waorani, yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luar biasa tentang ular anaconda. Mereka mengajarkan saya banyak hal tentang ular ini dan bagaimana cara menghargai. Saya harap kita semua bisa belajar dari mereka dan menjaga kekayaan alam yang kita miliki,” ujar Profesor Vonk.