Sejak Sabtu, setiap warga yang ingin melintas jalur Simpang KKA menuju Bener Meriah, akan mencium aroma bau busuk Gajah Sumatera yang menyengat di sekitar kilometer 35 Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.
Awalnya, orang pasti mengira bau busuk itu berasal dari bangkai hewan biasa, seperti anjing atau babi hutan dan lainnya. Namun, warga sekitar yang penasaran mencari lokasi bau menyengat tersebut yang tidak jauh dari badan jalan nasional.
“Kami melihat ada seekor gajah mati di sekitar jalan kilometer 35. Sepertinya itu dibunuh oleh para pemburu gading. Hal ini lantaran kami lihat gajah tersebut tidak lagi punya gading dan terdapat bekas luka di wajah binatang itu,” ucap warga sekitar kepada wartawan pada Sabtu 24 Maret 2024 malam.
Baca Juga : TRAGIS, Gajah Sumatra Ditemukan Mati Tersengat Listrik di Pidei Jaya, BKSDA Aceh Buka Suara
Lantaran kondisi sudah larut malam, sejumlah jurnalis yang kebetulan malam itu menggelar buka puasa bersama di kawasan Gunung Salak, Aceh Utara, mengurungkan niat mereka untuk meninjau Gajah Sumatera yang mati.
Namun keesokan harinya, para jurnalis ini langsung mencoba meninjau lokasi yang tidak jauh dari tempat mereka menginap pada malam itu. Tentunya, mencari lokasi tersebut tidak sulit, karena bau busuk sudah tercium saat mereka mendekati lokasi.
Lokasi gajah mati ini hanya berjarak sekitar 20 meter dari pinggir jalan nasional Simpang KKA – Bener Meriah. Hewan yang kerap disebut “Poe Meurah” dalam istilah Aceh terlihat memang telah mati dengan kondisi yang mengenaskan.
Baca Juga : Keadaan Darurat di Medan Zoo: 4 Harimau Menghadapi Ancaman Kematian, Jumlah Satwa Menurun Jadi 255 Ekor
Setelah mengabadikan foto dan video kondisi gajah mati tersebut, sejumlah jurnalis kembali meninggalkan lokasi untuk mengirimkan hasil liputan mereka. Pada hari itu juga, personel polisi dan anggota TNI meninjau lokasi tersebut berdasarkan informasi warga.
Peristiwa kematian gajah yang diduga dibunuh oleh para pemburu untuk diambil gadingnya ini akhirnya menyebar luas. Sehingga tim dari BKSDA Aceh bersama personel Polres Lhokseumawe meninjau lokasi kematian gajah tersebut.
Tim BKSDA Aceh yang datang ke lokasi kejadian langsung melakukan nekropsi untuk mengetahui penyebab kematian gajah. Personel Polres Lhokseumawe juga memasang garis polisi di sekitar lokasi kejadian untuk mencegah warga mendekati area tersebut.
Baca Juga : Pilot Batik Air Tertidur Selama 28 Menit Saat Penerbangan, Kemenhub Beri Teguran Keras
Tim dokter hewan bersama petugas BKSDA Aceh terlihat melakukan proses nekropsi pada bangkai Gajah Sumatera yang diperkirakan berusia 5 tahun, di area perkebunan warga KM 35 Dusun Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara, pada Senin, 25 Maret 2024.
Tim medis melakukan pembedahan pada bangkai gajah jantan tersebut untuk mengambil sejumlah sampel organ dalam tubuh gajah dan kotoran, guna memudahkan proses penyelidikan penyebab kematian.
Dugaan lebih mengarah kepada perburuan untuk mengambil gading gajah untuk dijual, terlihat dari luka besar menganga pada wajah dan masih terdapat potongan gading sepanjang 30 cm yang tersisa di dalam tubuh gajah tersebut.
Polres Lhokseumawe kini menangani kasus kematian Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatrensis) di Kabupaten Aceh Utara. Sejauh ini, polisi masih menyelidiki siapa dalang di balik tragedi perburuan liar tersebut.
Kematian gajah di Aceh Utara ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga kelestarian alam dan satwa liar. Kita harus bersatu untuk melawan perburuan liar dan melindungi satwa yang di lindungi.
Namun, pihak BKSDA maupun polisi belum dapat menyimpulkan siapa pelaku dan juga penyebab matinya Gajah Sumatera tersebut. “Kami masih menyelidiki dan mengembangkan kasus kematian gajah ini,” ujar Kasi Humas Polres Lhokseumawe, Salman Alfarisy.